Pengertian Teks Cerita Fabel
Cerita fabel merupakan cerita tentang kehidupan
binatang yang berperilaku menyerupai manusia. Fabel termasuk jenis cerita
fiksi, bukan kisah tentang kehidupan nyata. Cerita fabel sering juga disebut
cerita moral karena pesan yang ada di dalam cerita fabel berkaitan erat dengan
moral.
Tokoh pada cerita fabel biasanya binatang. Teks
cerita fabel tidak hanya mengisahkan kehidupan binatang, tetapi juga
mengisahkan kehidupan manusia dengan segala karakternya.
Binatang-binatang yang ada pada cerita fabel
memiliki karakter seperti manusia. Karakter mereka ada yang baik dan ada juga
yang tidak baik. Mereka mempunyai sifat jujur, sopan, pintar, dan senang
bersahabat, serta melakukan perbuatan terpuji. Mereka ada juga yang berkarakter
licik, culas, sombong, suka menipu, dan ingin menang sendiri.
Cerita fabel menjadi salah satu sarana yang
potensial dalam menanamkan nilainilai moral. Kamu dapat belajar dan mencontoh
karakter-karakter yang baik dari binatang itu agar kamu memiliki sifat terpuji.
Struktur Teks Cerita Fabel
Kalian pasti sudah tau apa itu struktur, ya struktur
adalah sesuatu yang membangun sebuah teks. Struktur teks yang dimiliki teks
cerita fabel diantaranya adalah orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda.
Untuk lebih jelasnya mengenai struktur teks bisa lihat dibawah ini.
- Orientasi, adalah bagian awal dari sebuah cerita fabel. Orientasi berisi pengenalan dari cerita fabel, seperti pengenalan background, pengenalan tokoh, maupun latar tempat dan waktu.
- Komplikasi, merupan klimaks dari cerita, berisi puncak permasalahan yang dialami tokoh.
- Resolusi, berisi pemecahan masalah yang dialami tokoh.
- Koda, merupakan bagian akhir dari cerita. Biasanya berisi pesan dan amanat yang ada pada cerita fabel tersebut.
Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Fabel
Kaidah kebahasaan atau yang biasa
disebut juga sebagai unsur kebahasaan merupakan ciri dari bahasa yang digunakan
dalam suatu teks seperti cerita fabel. Adapun berikut akan saya jelaskan unsur
kebahasaan atau kaidah kebahasaan dari teks cerita fabel sebagai berikut.
1. Kata Kerja
Salah satu kaidah atau unsur
kebahasaan dalam sebuah teks cerita fabel adalah adanya kata kerja. Kata kerja
dalam cerita fabel dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu kata kerja aktif
transitif dan kata kerja aktif intransitif.
- Kata Kerja Aktif Transitif, adalah kata kerja aktif yang memerlukan objek dalam kalimat, misalnya memegang, mengangkat.
- Kata Kerja Aktif Intransitif, adalah kata kerja aktif yang tidak memerlukan objek dalam kalimat, misalnya diam.
2. Penggunaan Kata Sandang Si dan Sang
Pada teks cerita fabel sering sekali
adanya penggunaan kata sandang si dan sang. Berikut merupakan
penggunaan kata sandang si dan sang yang ada pada teks cerita fabel.
Contoh:
1) Sang semut berkeliling taman
sambil menyapa binatang-binatang yang berada di taman itu.
2) Sang semut mengejek
kepompong yang jelek yang tidak bisa pergi ke mana-mana.
3) Sang semut selalu membanggakan
dirinya yang bisa pergi ke tempat ia suka.
4) Si kepompong hanya diam saja
mendengar ejekan tersebut.
5) “Aku adalah kepompong yang pernah
kau ejek,” kata si kupu-kupu.
Kaidah penulisan si dan sang
terpisah dengan kata yang diikutinya. Kata si dan sang ditulis dengan huruf
kecil, bukan huruf kapital. Perhatikan contoh penggunaan dalam kalimat-kalimat
tersebut. Bedakan dengan contoh berikut ini.
1) “Bagaimana caranya agar si kecil
rajin belajar?” tanya ibu.
2) Kedua orang itu, si Kecil dan si
Kancil, adalah pembantu di pasar.
Kata kecil pada kalimat 1) ditulis
dengan huruf kecil karena bukan merupakan nama. Pada kalimat 2) Kecil ditulis
dengan huruf /K/ kapital karena dimaksudkan sebagai panggilan atau nama
julukan.
3. Penggunaan Kata Keterangan
Tempat dan Waktu
Dalam teks cerita fabel biasanya digunakan kata
keterangan tempat dan kata keterangan waktu untuk menghidupkan suasana. Untuk
keterangan tempat biasanya digunakan kata depan di dan keterangan waktu
biasanya digunakan kata depan pada atau kata yang menunjukkan informasi waktu.
Contoh:
1) Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor semut berjalan-jalan di taman.
2) Pada suatu pagi sang semut kembali berjalan ke taman itu. Karena hujan, di mana-mana terdapat genangan lumpur.
3) Si kupu-kupu mengangkat ranting itu dan menurunkannya di tempat yang aman.
4) Kamu hanya bisa menggantung di ranting itu.
4. Penggunaan Kata Hubung Lalu, Kemudian, dan Akhirnya
Kata lalu dan kemudian memiliki makna yang sama. Kata itu digunakan sebagai penghubung antarkalimat dan intrakalimat. Kata akhirnya biasanya digunakan untuk menyimpulkan dan mengakhiri informasi dalam paragraf atau dalam teks.
1) Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor semut berjalan-jalan di taman.
2) Pada suatu pagi sang semut kembali berjalan ke taman itu. Karena hujan, di mana-mana terdapat genangan lumpur.
3) Si kupu-kupu mengangkat ranting itu dan menurunkannya di tempat yang aman.
4) Kamu hanya bisa menggantung di ranting itu.
4. Penggunaan Kata Hubung Lalu, Kemudian, dan Akhirnya
Kata lalu dan kemudian memiliki makna yang sama. Kata itu digunakan sebagai penghubung antarkalimat dan intrakalimat. Kata akhirnya biasanya digunakan untuk menyimpulkan dan mengakhiri informasi dalam paragraf atau dalam teks.
Contoh:
1) Setelah mendengar berita kebakaran itu, Amir pergi ke luar, kemudian berlari, lalu berteriak sambil menangis.
2) Lalu, sang semut memegang erat ranting itu.
3) Kemudian, sang semut berterima-kasih kepada kupu-kupu karena kupu-kupu telah menyelamatkan nyawanya.
4) Akhirnya, sang semut berjanji kepada kupu-kupu bahwa dia tidak akan menghina semua makhluk ciptaan Tuhan yang ada di taman itu.
1) Setelah mendengar berita kebakaran itu, Amir pergi ke luar, kemudian berlari, lalu berteriak sambil menangis.
2) Lalu, sang semut memegang erat ranting itu.
3) Kemudian, sang semut berterima-kasih kepada kupu-kupu karena kupu-kupu telah menyelamatkan nyawanya.
4) Akhirnya, sang semut berjanji kepada kupu-kupu bahwa dia tidak akan menghina semua makhluk ciptaan Tuhan yang ada di taman itu.
Contoh Teks Cerita Fabel (Beserta Struktur)
Kupu-Kupu Berhati Mulia
Orientasi
Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor
semut berjalanjalan di taman. Ia sangat bahagia karena bisa berjalan-jalan
melihat taman yang indah. Sang semut berkeliling taman sambil menyapa
binatang-binatang yang berada di taman itu.
Komplikasi
Ia melihat sebuah kepompong di atas
pohon. Sang semut mengejek bentuk kepompong yang jelek yang tidak bisa pergi ke
mana-mana.
“Hei, kepompong alangkah jelek
nasibmu. Kamu hanya bisa menggantung di ranting itu. Ayo jalan-jalan, lihat
dunia yang luas ini. Bagaimana nasibmu jika ranting itu patah?”
Sang semut selalu membanggakan
dirinya yang bisa pergi ke tempat ia suka. Bahkan, sang semut kuat mengangkat
beban yang lebih besar dari tubuhnya. Sang semut merasa bahwa dirinya adalah
binatang yang paling hebat. Si kepompong hanya diam saja mendengar ejekan
tersebut.
Pada suatu pagi sang semut kembali
berjalan ke taman itu. Karena hujan, di mana-mana terdapat genangan lumpur.
Lumpur yang licin membuat semut tergelincir ke dalam lumpur. Ia terjatuh ke
dalam lumpur. Sang semut hampir tenggelam dalam genangan itu. Semut berteriak
sekencang mungkin untuk meminta bantuan. “ Tolong, bantu aku! Aku mau
tenggelam, tolong…, tolong….!
Resolusi
Untunglah saat itu ada seekor kupu-kupu
yang terbang melintas. Kemudian, kupu-kupu menjulurkan sebuah ranting ke arah
semut.
“Semut, peganglah erat-erat ranting
itu! Nanti aku akan mengangkat ranting itu.”
Lalu, sang semut memegang erat
ranting itu. Si kupu-kupu mengangkat ranting itu dan menurunkannya di tempat
yang aman. Kemudian, sang semut berterima kasih kepada kupu-kupu karena
kupu-kupu telah menyelamatkan nyawanya. Ia memuji kupu-kupu sebagai binatang
yang hebat dan terpuji.
Mendengar pujian itu, kupu-kupu
berkata kepada semut. “Aku adalah kepompong yang pernah diejek,” kata si
kupukupu. Ternyata, kepompong yang dulu ia ejek sudah menyelamatkan dirinya.”
Koda
Akhirnya, sang semut berjanji kepada
kupu-kupu bahwa dia tidak akan menghina semua makhluk ciptaan Tuhan yang ada di
taman itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar