Senin, 18 September 2017

Materi UN



A.   Menemukan Ide Pokok, Kalimat Utama, dan Kalimat Penjelas
Paragraf merupakan bagian dari suatu karangan. Paragraf mengandung beberapa unsur. Unsur-unsur dalam paragraf berupa masalah, ide pokok, kalimat utama, kalimat penjelas, fakta, ataupun pendapat. Masalah merupakan sesuatu yang harus diselesaikan dan dicari jalan keluarnya.
Ide pokok merupakan gagasan yang mendasari terbentuknya sebuah paragraf. Ide pokok disebut  juga gagasan utama atau gagasan pokok. Ide pokok terletak di awal,  akhir, awal dan akhir, atau di seluruh paragraf.  Ide pokok dalam suatu paragraf didukung oleh beberapa kalimat penjelas.
Paragraf memiliki ide pokok di awal paragraf disebut paragraf deduktif. Paragraf memiliki ide pokok di akhir paragraf disebut paragraf induktif. Paragraf memiliki ide pokok di awal dan di akhir paragraf disebut paragraf campuran. Paragraf memiliki ide pokok di seluruh paragraf disebut paragraf narasi.
Kalimat utama merupakan kalimat berisi ide pokok. Kalimat utama dapat ditemukan di awal, akhir, awal dan akhir atau di seluruh paragraf. Kalimat penjelas merupakan kalimat mendukung atau memperjelas kalimat utama. Kalimat penjelas harus menjabarkan atau menjelaskan kalimat utama.
Ide pokok dalam paragraf berfungsi sebagai pengendali informasi. Pada umumnya, ide pokok disampaikan dalam kalimat utama. Jadi, untuk menentukan ide pokok Anda harus menemukan kalimat utamanya terlebih dahulu.

B.   Menemukan Fakta, Opini, Pernyataan/Jawaban Pertanyaan Sesuai Isi, Tujuan Penulis, Arti Kata/Istilah
Sebuah teks dapat berbentuk paragraf atau bacaan. Sebuah paragraf atau bacaan mengungkapkan suatu masalah. Masalah dalam paragraf atau bacaan dapat berupa fakta dan opini. Fakta merupakan peristiwa atau kejadian benar-benar terjadi. Semua orang akan mengatakan pernyataan sama terhadap sebuah fakta. Lawan dari fakta adalah pendapat (opini). Pendapat (opini) merupakan gagasan, ide, atau pemikiran seseorang terhadap suatu peristiwa, objek, atau masalah. Pendapat seseorang lain terhadap suatu masalah atau peristiwa dapat berbeda dari pendapat orang lain.
Masalah dalam paragraf merupakan pokok bahasan. Pokok bahasan dalam paragraf dapat dibuat kalimat simpulan. Kalimat simpulan merupakan pernyataan dapat mewakili isi paragraf. Kalimat simpulan berisi inti sari dari paragraf.
Masalah dalam teks juga dapat dibuat sebuah pernyataan dengan jawabannya terdapat dalam teks. Pertanyaan tentang isi teks atau bacaan menggunakan kata tanya sebagai berikut.
1.    Apa untuk menanyakan masalah, peristiwa, atau kejadian dibahas dalam teks.
2.    Siapa untuk menanyakan orang dibahas dalam teks.
3.    Di mana untuk menanyakan tempat peristiwa yang dibahas dalam teks.
4.    Kapan untuk menanyakan waktu peristiwa dibahas dalam teks.
5.    Mengapa untuk menanyakan sebab atau alasan, hal, masalah, peristiwa, atau kejadian dalam teks.
6.    Bagaimana untuk menanyakan proses, masalah, peristiwa, atau kejadian dalam teks.
Objek atau masalah tersebut diungkapkan penulis dengan tujuan tertentu. Tujuan tersebut ditujukan kepada pembaca.
Anda dapat mengartikan istilah yang digunakan dalam paragraf dan bacaan. Arti istilah atau kata penyusun paragraf atau bacaan dapat Anda temukan dalam kamus. Anda dapat menyesuaikan arti dengan konteks kalimatnya.

C.   Menentukan Isi Biografi
Biografi merupakan catatan riwayat hidup seseorang ditulis oleh orang lain. Biografi berisi paparan kehidupan seorang tokoh sejak kecil sampai tua; bahkan sampai meninggal dunia. Semua jasa, hasil karya, dan segala yang dihasilkan atau dilakukan oleh seorang tokoh juga dijelaskan dalam buku biografi.

D.   Menentukan Opini Penulis dan Pihak Dituju dalam Tajuk Rencana
Tajuk rencana merupakan karangan berisi opini atau taggapan penulis mengenai suatu masalah actual. Penulis tajuk rencana biasanyaa kalangan redaktur media bersangkutan.. Tajuk rencana ditujukan kepada pihak-pihak tertentu. Pihak-pihak tersebut tersirat dalam tajuk rencana.
Dalam tajuk rencana terdapat opini. Opini ataupendapat adalah gagasan, idea tau pemikiran seseorang, objek, atau masalah. Sebaliknya, fakta adalah peristiwa atau kejadian benar-benar terjadi. Jadi, opini dan fakta berkebalikan maksud.
Opini atau pendapat dalam tajuk rencana merupakan pendapat penulis. Setiap penulis boleh mengemukakan pendapat sesuai dengan pemikirannya atas suatu masalah. Sangat mungkin setiap orang memiliki pendapat berbeda atas suatu masalah. Oleh karena itu, sebuah masalah akan menimbulkan opini berbeda, tergantung persepsi atau cara penulis menanggapi suatu masalah.
Sementara itu, fakta adalah peristiwa atau kejadian bener-bener terjadi. Semua orang akan mengemukakan pernyataan sama tentang suatu masalah atau peristiwa. Hanya saja, sangat mungkin cara pengungkapan setiap orang akan berbeda.
Masalah dalam tajuk rencana dibahas dari sudut pandang pribadi penulis tajuk rencana. Jadi, pendapat penulis satu dengan penulis yang lain terhadap suatu masalah atau peristiwa dapat berbeda-beda. Masalah merupakan peristiwa atau kejadian dibicarakan atau dibahas dalam tajuk rencana.

E.   Menentukan Isi dan Simpulan Grafik, Diagram, dan Tabel
Grafik merupakan gambaran pasang surut suatu keadaan dengan garis atau gambar (tentag turun naiknya hasil, statistic dan sebagainya). Isi grafik dapat diketahui dari judul grafik dan data grafik yang dituliskan pada grafik.
Diagram merupakan gambaran untuk memperlihatkan atau menerangkan sesuatu. Diagram dapat berbentuk lingkaran dan batang. Objek yang digambarkan dalam diagram dapat dilihat dari judul dan data dalam diagram.
Tabel merupakan kumpulan data atau informasi yang disusun dengan klasifikasi menurut baris dan kolom. Isi tabel dapat diketahui dari judul tabel dan data dalam tabel
Isi grafik, table, dan diagram dapat diurai ke dalam beberapa kalimat. Dalam menguraikan isi grafik, tabel, dan diagram, Anda harus teliti memperhatikan angka-angka di dalamnya. Dengan demikian, uraian Anda tentang isi grafik, diagram, dan tabel akan tepat dan akurat.
Membaca grafik, diagram, dan tabel dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1.    Membaca judul grafik, tabel atau diagram.
2.    Membaca informasi dalam baris dan kolom atas, bawah maupun samping.
3.    Mengajukan pertanyaan tentang isi tabel, grafik atau diagram.
4.    Menjawab pertanyaan tersebut sesuai isi.
Anda dapat mengetahui isi grafik, diagram, dan tabel secara cepat dan tepat dengan membaca judul dan informasi yang terdapat dalam grafik, tabel maupun diagram.

F.    Menentukan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Sastra Melayu Klasik (Hikayat)
Hikayat merupakan karya sastra melayu berbentuk prosa berisi cerita, undang-undang, dan silsilah. Cerita hikayat bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat itu, dibaca untuk pelipur lara dan pembangkit semangat juang atau sekadar untuk meramaikan pesta.
Hikayat mengandung unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi tema, alur, tokoh, latar, gaya bahasa, sudut pandang dan amanat. Amanat disebut juga pesan atau hikmah yang disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Amanat dalam hikayat atau cerita dapat tersirat atau tersurat. Unsur ekstrinsik meliputi riwayat pengarang, sosial, budaya, adat, ataupun nilai-nilai kehidupan masyarakat (nilai moral, susila, budi pekerti agama).

G.   Menentukan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel/Cerpen/Drama
Karya sastra terdiri atas prosa, drama dan puisi.Karya sastra berbentuk prosa meliputi novel, cerpen, roman atau novelet. Semua bentuk karya sastra dibangun oleh unsur intrinsik  dan ekstrinsik.
1.    Unsur Intrinsik Novel dan Cerpen
Masalah dalam cerita memunculkan konflik. Konflik merupakan pertemuan atau benturan antara dua kekuatan berlawanan. Masalah dibedakan menjadi dua macam, yaitu masalah dari luar (fisik) dan dari dalam (batin).
Masalah dari luar terjadi antara tokok dengan sesuatu di luar dirinya. Masalah ini bias terjadi dengan lingkungan ataupun manusia. Masalah dari luar dibagi menjadi dua.
a.    Masalah fisik merupakan masalah karena benturan antara tokoh dengan lingkungan. Masalah fisik misalnya, konflik yang dialami tokoh akibat bencana alam.
b.    Masalah sosial merupakan masalah yang muncul karena hubungan anatarmanusia. Masalah sosial misalnya, masalah pertikaian, perebutan, atau perceraian.
Masalah batin timbul dari dalam diri tokoh. Masalah ini terjadi antara tokoh dengan dirinya sendiri. Masalah merupakan salah satu unsur intrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun cerita dari dalam.
Unsur intrinsik novel/cerpen sebagai berikut.
a.    Tema adalah pokok pikiran cerita
b.    Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis.
c.    Alur adalah rangkaian peristiwa membentuk cerita. Alur dibedaka menjadi beberapa tahap penyituasian atau permulaan, pemunculan konflik, klimaks, dan peleraian atau penyelesaian.
d.    Perwatakan adalah cara pengarag menggambarkan watak tokoh.
e.    Latar adalah merupakan keterangan tempat, waktu dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita.
f.     Gaya bahasa adalah corak pemakaian bahasa
g.    Sudut pandang adalah cara pandang pengarang dalam menyikapi tokoh.
Novel merupakan cerita mengisahkan konflik pelaku sehingga terjadi perubahan nasib tokoh. Sementara itu, cerpen hanya mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh. Unsur intrinsik dan ekstrinsik novel sama dengan unsur intrinsik cerpen. Perbedaannya terletak pada alur. Alur dalam novel lebih kompleks daripada alur cerpen.
2.    Unsur Intrinsik Drama
Drama merupakan jenis atau genre karya sastra berbentuk percakapan. Drama mengandung konflik atau masalah. Masalah atau konflik dalam drama tersebut terjadi karena benturan tokoh dengan tokoh lain atau benturan tokoh dengan dirinya sendiri.
Selain mengandung masalah, drama juga mengandung beberapa unsur. Unsur-unsur drama sebagai berikut.
a.    Tema adalah inti cerita
b.    Amanat adalah pesan yang ada dalam drama
c.    Alur adalah rangkaian peristiwa dalam drama
d.    Perwatakan adalah watak tiap-tiap tokoh.
e.    Konflik merupakan benturan dua masalah pokok dalam drama.
f.     Percakapan adalah dialaog para pemain.
g.    Tata artistik adalah setting panggung.
h.    Casting adalah pemilihan tepat pemeran.
i.      Akting adalah perilaku para pemain di panggung

3.    Unsur Ekstrinsik Novel, Cerpen, dan Drama
Karya sastra seperti novel, cerpen dan drama memiliki unsur ekstrinsik sebagai berikut.
a.    Nilai kehidupan Masyarakat
Nilai kehidupan masyarakat dalam karya sastra sebagai berikut.
1)    Nilai moral adalah pesan moral dan perilaku tokoh.
2)    Nilai estetika adalah aspek keindahan yang melekat pada karya sastra, misalnya pengkalimatan, diksi, penggunaan alur variatif.
3)    Nilai sosial budaya adalah mencerminkan aspek sosial budaya suatu daerah dalam suatu karya sastra.
b.    Riwayat, sikap, dan pandangan pengarang
Karya sastra dibuat berdasarkan ide, gagasan, dan kreativitas pengarang. Riwayat pendidikan, riwayat keluarga, serta sikap dan pandangan pengarang akan memengaruhi terbentuknya sebuah karya sastra.
c.    Latar belakang sosial budaya masyarakat
Sebuah karya sastra mencerminkan aspek social budaya suatu daerah tertentu. Sebuah novel atau cerpen dapat diibaratkan sebagai potret keadaan atau gambaran aktivitas dari masyarakat di daerah tersebut.

H.   Menentukan Unsur-Unsur Intrinsik Puisi
Puisi merupakan bentuk karya sastra terikat oleh rima, ritme, ataupun jumlah baris dalam bait, serta ditandai oleh bahasa padat. Puisi disusun oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik puisi meliputi unsur isi dan unsur bentuk.
Unsur isi puisi sebagai berikut.
1.    Tema adalah pokok pikiran
2.    Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis
3.    Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca
4.    Perasaan adalah perasaan penyair dalam puisi
Unsur bentuk puisi sebagai berikut.
1.    Larik adalah kalimat yang ada dalam puisi
2.    Bait adalah kumpula larik atau baris
3.    Pertautan antarbait adalah hubungan antarbait
4.    Rima adalah persamaan bunyi
5.    Diksi adalah pilihan kata
6.    Pengimajinasian adalah ungkapan perasaan berhubungan dengan pancaindra.
Seiring perkembangannya, terdapat puisi kontemporer. Puisi kontemporer tidak mementingkan tipografi, seperti puisi lama atau baru. Puisi kontemporer lebih mementingkan bentuk grafis atau fisik (bunyi) untuk mengungkapkan perasaan penyair. Penyair merangkai kata-kata untuk menimbulkan bunyi indah.
Adapun cirri-ciri puisi kontemporer sebagai berikut.
1.    Bentuk fisik atau tipografi tidak beraturan.
2.    Kata-kata disusun secara acak sesuai dengan tipografi yang diinginkan penyair.
3.    Penyair lebih mengutamakan bentuk fisik puisi.
4.    Walaupun tidak mengutamakan makna, puisi kontemporer masih diikat tema.
5.    Isi puisi sulit dipahami.
Pelopor puisi komtemporer yaitu Sutardji Calzoum Bachri. Dalam puisi yang ditulisnya, disajikan ulangan kata, frasa, dan bunyi yang menjadi kekuatan puisinya. Sutardi melakukan banyak penghapusan tanda baca secara sengaja untuk memberikan kegandaan tafsir.

I.      Menentukan Isi Puisi Lama, Pantun, dan Gurindam
Puisi lama adalah puisi terikat oleh aturan-aturan, seperti jumlah kata per baris, rima, banyak suku kata, dan irama. Puisi lama misalnya, mantra, syair, pantun dan gurindam.
Mantra merupakan puisi tua. Pada awalnya mantra bukan sebagai karya sastra, melainkan baerkaitan dengan adat dan kepercayaan. Syair merupakan puisi lama berasal dari Arab. Ciri-ciri syair sebagai berikut.
1.    Setiap bait terdiri atas empat baris.
2.    Setiap baris terdiri atas 8-12 suku kata.
3.    Bersajak aaaa
4.    Semua baris berupa isi, tidak ada sampiran.
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama asli Indonesia. Pantun bersifat anonim. Maksudnya, penulis pantun tidak diketahui.  Pantun terdiri atas empat larik berupa sampiran dan isi. Pantun memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.    Tiap bait terdiri atas empat larik.
2.    Tiap larik terdiri atas 4-6 kata
3.    Tiap larik terdiri atas 8-12 suku kata.
4.    Larik ertama dan kedua merupakan sampiran.
5.    Larik ketiga dan keempat merupakan isi.
6.    Rima akhir larik bersajak abab
7.    Larik pertama dan ketiga mempunyai bunyi akhir sama. Sebaliknya, larik kedua dan keempat memunyai bunyi akhir yang sama.
8.    Isi pantun mengungkapkan suatu perasaan.
Contoh pantun:
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
            Gurindam merupakan salah satu jenis puisi lama Indonesia berasal dari Tamil (India). Kata gurindam berasal dari bahasa Tamil “kirandam”. Gurindam umumnya berisi nasihat, ajaran, atau semacam kata-kata mutiara. Gurindam terdiri atas dua larik dan bersajak aa.Larik pertama gurindam berupa sebab atau perjanjian. Sebaliknya, larik kedua berupa jawaban atau akibat dari perjanjian larik pertama.
Contoh:
Jika ilmu tiada sempurna
Tiada berapa ia berguna
            Berdasarkan contoh gurindam tersebut, dapat disimpulkan ciri-ciri gurindam seperti berikut.
1.    Tiap bait trdiri atas dua larik.
2.    Jumlah suku kata tiap-tiap larik tetap. Pada umumnya terdiri atas 10-14 suku kata
3.    Bersajak aa
4.    Larik pertama dan kedua membentuk hubungan sebab akibat
5.    Pada umumnya berisi suatu kebenaran untuk member nasihat.
6.    Isi gurindam dapat dilihat pada larik kedua.


J.    Menulis Paragraf Padu
Paragraf adalah unit terkecil sebuah karangan terdiri atas kalimat pokok atau gagasan utama san kalimat penjelas atau gagasan penjelas. Paragraf baik harus memenuhi kriteria berikut.
1.    Memiliki satu ide pokok atau satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas.
2.    Antarkalimat saling bertautan (berkoherensi) sehingga membentuk satu kesatuan.
Koherensi perlu penataan urutan sistematis kalimat. Tanpa urutan baik, koherensi tidak akan kita peroleh. Penanda koherensi antara lain pengulangan kata/frasa kunci, kata ganti, konjungsi antarkalimat, dan situasi. Konjungsi antarparagraf pada dasarnya sama dengan konjungsi antarkalimat.

K.   Menyusun Paragraf Padu
Paragraf adalah rangkaian kalimat saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan pokok pembahasan. Paragraf merupakan satuan bahasa lebih besar daripada kalimat. Selain itu, paragraph merupakan bagian dari satuan bahasa lebih besar yang disebut wacana. Suatu wacana umumnya dibentuk lebih dari satu paragraf.
Paragraf dibedakan berdasarkan aspek-aspek berikut.
1.    Letak Gagasan Utamanya
a.    Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang meletakkan gagasan utamanya di awal paragraf. Gagasan utama atau pokok persoalan paragraf itu dinyatakan dalam kalimat utama.
b.    Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang meletakkan gagasan utamanya di akhir paragraf. Mula-mula dikemukakan fakta-fakta atau uraian-uraian. Kemudian, dari uraian-uraian itu penulis menggeneralisasikannya ke dalam sebuah kalimat.
c.    Paragraf Campuran
Paragraf campuran adalah paragraf dengan gaagsan utamanya terletak di kalimat pertama dan kalimat terakhir dalam paragraf. Dalam paragraf  ini terdapat dua kalimat utama. Kalimat terakhir umumnya mengulang gagasan yang dinyatakan kalimat pertama dengan sedikit penekanan dan variasi.
2.    Menurut Tujuannya
a.    Paragraf Narasi adalah paragraph dengan bertujuan untuk menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri kejadian itu. Dalam paragraf narasi akan ditemukan tiga unsur utama sebagai bahannya. Pertama, adanya tokoh-tokoh. Kedua, adanya kejadian. Ketiga, adanya latar baik tempat, waktu maupun suasana.
b.    Paragraf Deskripsi
Paragraf deskripsi adalah paragraph untuk menggambarkan sebuah objek dengan tujuan agar pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu. Paragraf ini menggambarkan sesuatu dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Aspek yang digambarkan bias tentang keindahan alam, keadaan jasmani, watak atau perasaan seseorang.
c.    Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf untuk memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya agar pembaca mendapatkan informasi dan pengetahuan dengan sejelas-jelasnya.
d.    Paragraf Argumentasi adalah paragraf dengan mengemukakan alasan, contoh, dan bukti-bukti kuat dan meyakinkan. Tujuannya untuk meyakinkan pembaca sehingga mereka membenarkan pendapat, sikap, dan keyakinan pembuat paragraf.
e.    Paragraf Persuasi
Paragraph persuasi adalah paragraf bertujuan untuk memengaruhi, mengimbau, membujuk, atau merayu pembaca sehingga mereka tergiur atau terpegaruh untuk mengikuti keinginan penulis.
3.    Menurut Pola Pengembangannya
a.    Paragraf Analogi
Salah satu pola pengembangan paragraf adalah paragraph analogi. Paragraf analogi merupakan paragraf dikembangkan dengan membandingkan dua atau lebih benda dianggap memiliki kesamaan. Jadi, paragraf tersebut berisi perbandingan antara dua atau lebih benda. Simpulan paragraf analogi berisi perbandingan. Simpulan tersebut dapat diletakan di awal atau di akhir.
b.    Paragraf Generalisasi
Pola pengembangan generalisasi merupakan pola pengembangan paragraf yang dikembangkan dengan pola hubungan umum khusus. Simpulan paragraf generalisasi merupakan pernyataan bersufat umum.
c.    Paragraf Sebab Akibat
Pola pengembangan sebab-akibat adalah pola pengembangan paragraf dikembangkan berdasarkan hubungan sebab akibat. Simpulan paragraph sebab akibat dapat berupa sebab atau akibat.
d.    Pola pengembangan Silogisme
Silogisme merupakan cara berpikir atau cara penarikan simpulan terdiri atas premis umum, premis khusus, dan simulan. Premis umum merupakan pernyataan bersifat umum. Premis khusus merupakan pernyataan bersifat khusus. Sementara itu, simpulan  merupakan pernyataan yang ditentukan berdasarkan premis umum dan khusus.

Paragraf baik harus memenuhi kriteria berikut.
1.    Memiliki satu ide pokok atau satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas.
2.    Antarkalimat dalam paragraph saling bertautan (berkoherensi) sehingga membentuk satu kesatuan.
Koherensi perlu penataan urutan sistematis kalimat. Tanpa urutan baik, koherensi tidak akan kita peroleh. Penanda koherensi antara lain pengulangan kata/frasa kunci, kata ganti, konjungsi antarkalimat, dan situasi. Konjungsi antarparagraf pada dasarnya sama dengan konjungsi antarkalimat.
Penarikan simpulan silogisme
Premis umum (PU)             : Semua A = B
Premis khusus (PK)          : C = A
Kesimpulan                         : C = B
Entimem adalah silogisme diperpendek. Entimem tidak perlu menyebut premis umum, tetapi langsung mengetengahkan simpulan dengan premis khusus penyebabnya.
Entimem dari silogisme : C = B Karena C = A


L.    Melengkapi Teks Pidato
Pidato merupakan salah satu bentuk komunikasi lisan di hadpan massa dengan tujuan tertentu. Oleh karena itu, unsure pidato meliputi intonasi, gerak-gerik, dan mimik.
Berdasarkan tujuannya, terdapat beberapa jenis pidato.
1.     Pidato persuasif bertujuan memengaruhi emosi pendengar untuk berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan pembicara.
2.    Pidato argumentatif bertujuan untuk meyakinkan pendengar tentang kebenaransuatu pendapat.
3.    Pidato informatif bertujuan untuk member tahu atau member informasi baik berupa pengarahan maupun penerangan.
4.    Pidato deskriptif bertujuan untuk melukiskan sesuatu keadaan.
Pada dasarnya pidato membahas masalah tertentu. Masalah yang dibahas dalam pidato merupakan topik atau tema pidato. Topik atau tema merupakan pokok pembicaraan dalam pidato.
Bagian teks pidato meliputi tiga aspek pokok berikut.
1.    Pembuka (misalnya: sapaan, salam, permintaan izin kepada hadirin, ucapan syukur, dan ucapan terima kasih)
2.    Isi (misalnya: ungkapan rasa, ucapan selamat, dukungan moral, dan gagasan yang hendak dikemukakan)
3.    Penutup (misalnya: simpulan, ajakan, harapan, permintaan maaf, dan salam penutup)


M.   Melengkapi Paragraf
Paragraf rumpang dapat dilengkapi dengan kata baku, kata serapan, kata berimbuhan, kata ulang, ungkapan, atau peribahasa.
1.    Kata baku
Kata baku merupakan kata yang cara pengucapan atau penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar dibakukan. Kaidah standar yang dimaksud sebagai berikut.
a.    Ejaan yang Disempurnakan (EyD)
b.    Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ke-3
c.    Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Sementara itu, kata tidak baku adalah kata yang cara pengucapan atau penulisannya tidak memnuhi kaidah-kaidah standar tersebut.
2.    Kata serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia mengambil unsure atau kata dari bahasa lain, seperti bahasa daerah taua bahasa asing. Sudah banyak kosakata bahasa asing dan daerah digunakan dalam bahasa Indonesia. Terlebih dahulu kata-kata itu disesuaikan dengan kaidah yang berlaku dalam bahas Indonesia, baik dalam aspek pengucapan maupun penulisannya. Kata-kata seperti itulah yang dinamakan kata-kata serapan.
Kata-kata serapan masuk dalam bahasa Indonesia ditempuh dengan berbagai cara sebagai berikut.
a.    Cara Adopsi, terjadi jika pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu secara keseluruhan. Kata supermarket, plaza, mal dan hotdog merupakan contoh kata hasil penyerapan cara adopsi.
b.    Cara adaptasi, terjadi jika pemakai bahasa  hanya mengambil makna asing itu, ejaan dan cara penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Kata-kata reformasi, pluralisasi, dan maksimal.
c.    Cara penerjemahan, terjadi jika pemakai bahasa mengambil konsep terkandung dalam bahasa asing itu. Kesmudian kata tersebut dicari padanannya dalam bahasa Indonesia. Kata tumpang-tindih, percepatan, priyek rintisan dan uji coba merupakan kata-kata yang lahir karena proses penerjemahan dari bahasa Inggris overlap, acceleration, pilot project, dan try out.
d.    Cara kreasi, terjadi jika pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar pada sumbernya. Kemudian, ia mencari padanan dalam bahasa Indonesia. Meskipun sekilah mirip penerjemahan, cara terakhir ini memiliki perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik mirip seperti penerjemahan. Kata dalam bahasa asli dapat terdiri atas satu kata, sedangkan dalam bahasa Indonesia menjadi dua kata atau lebih. Contohnya, effective menjadi berhasil guna, shuttle menjadi ulang alik, dan spare part menjadi suku cadang.

3.    Kata berimbuhan
Kata berimbuhan merupakan kata dibentuk dengan melekatkan imbuhan. Imbuhan dibedakan menjadi empat jenis, yaitu awalan, akhiran, awalan dan akhiran, serta sisipan.
a.    Awalan
b.    Akhiran disebut juga sufiks. Ada beberapa jenis akhiran, yaitu –kan, -I, dan –an.
1)    Akhiran –kan memiliki makna ‘melakukan perbuatan untuk orang lain’, ‘membuat jadi’, ‘menganggap’, dan ‘membawa atau memasukkan’.
2)    Akhiran –I memiliki makna ‘perbuatan berulang-ulang’, ‘memberi seperti pada bentuk dasarnya’, ‘tempat’ dan ‘menyebabkan jadi’.
3)    Akhiran –an memiliki makna ‘sesuatu berhubungan dengan bentuk dasarnya’, ‘tiap-tiap’, ‘satuan’, ‘beberapa’, dan ‘sekitar’.
c.    Gabungan awalan dan akhiran disebut konfiks. Konfiks dibedakan menjadi ke-an, peN-an, per-an, ber-an, dan se-nya.
1)    Konfiks ke-an memiliki makna ‘hal’, ‘berhungan dengan bentuk dasarnya’, dikenai perbuatan pada bentuk dasarnya’,dalam keadaan’, dan ‘tempat atau daerah’.
2)    Konfiks peN-an memiliki makna ‘hal atau perbuatan’, ‘hasil perbuatan’, ‘alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan’, dan ‘tempat untuk melakukan perbuatan’.
3)    Konfiks per-an memiliki makna ‘hal’, ‘hasil’, ‘tempat’, ‘daerah’, dan ‘macam-macam’.
4)    Konfiks ber-an memiliki makna ‘perbuatan yang disebut kata dasarnya’, ‘perbuatan diulang-ulang’, dan ‘saling’.
5)    Konfiks se-nya memiliki makna ‘sampai’.
d.    Sisipan/ infiks. Sisipan dapat dibedakan menjadi –in-, -el-, -em-, -er- dan –ah-. Sisipan –in- digunakan dalam kata kinerja, sinambung dan tinambah. Sisipan -el- digunakan dalam kata gelembung, geletar dan leluhur. Sisipan -em- digunakan dalam kata gemerlap, gemetar, dan gemilang. Sisipan -er- digunakan dalam kata gerigi, serabut, dan seruling. Sementara itu, sisipan -ah- digunakan dalam kata dahulu dan sahaja.
4.    Kata ulang
Kata ulang merupakan kata yang dihasilkan dari proses reduplikasi atau pengulangan. Proses pengulangan merupakan proses pembentukan kata dengan mengulang kata dasarnya, baik secara utuh maupun sebagian, dengan variasi fonem ataupun tidak. Bentuk dasar tersebut dapat berupa kata dasar, kata berimbuhan, atau kata majemuk. Proses pembentukan kata melalui reduplikasi pada dasarnya tidak mengubah jenis kata.
Dalam bahasa Indonesia terdapat empat macam pengulangan. Macam-macam pengulangan sebagai berikut.
a.    Pengulangan utuh (seluruhnya)
Pengulangan utuh merupakan proses pengulangan seluruh bentuk dasar. Pengulangan utuh disebut juga dwilingga, contohnya kursi-kursi.
b.    Pengulangan sebagian
Pengulangan sebagian merupakan proses mengulang sebagian bentuk dasar, baik di depan atau di belakang. Pengulangan sebagian dibagi menjadi dua, yaitu dwipurwa dan dwiwasana.
Dwipurwa adalah proses pengulangan bentuk dasar dengan  mengulang suku kata pertama bentuk dasarnya saja, contohnya pepohonan dan tetangga.
Dwiwasana adalah proses pengulangan bentuk dasar dengan mengulang bagian belakang leksem, contohnya pertama-tama dan sekali-kali.
c.    Pengulangan berimbuhan
Pengulangan berimbuhan merupakan proses pengulangan menambah imbuhan. Contoh kata ualng berimbuhan adalah bermain-main dan tarik-menarik.
d.    Pengulangan berubah bunyi
Pengulangan berubah bunyi adalah proses mengulang seluruh bentuk dasar disertai dengan perubahan bunyi atau fonem. Perubahan bunyi tersebut dapat berupa perubahan bunyi vocal ataupun konsonan. Proses pengulangan dengan mengubah bunyi disebut pula dwilingga salin suara, contohnya gerak-gerik dan kelap-kelip.
Selain keempat jenis pengulangan tersebut, bahasa Indonesia mengenal pengulangan semu. Hasil pengulangan semu disebut kata ulang semu. Dilihat dari bentuknya, kata ulang semu termasuk kata ulang. Namun, kata ulang semu bukan termasuk kata ulang karena tidak ada unsure diulang. Kata tersebut merupakan kata dasar. Contoh kata ulang semu adalah kupu-kupu dan paru-paru.
Dalam proses pembentukan kata, kata ulang memiliki beberapa makna. Makna kata ulang antar lain:
1)    Menyatakan banyak;
2)    Menyatakan banyak tak tentu;
3)    Menyatakan intensitas, menyangatkan, atau mengeraskan arti;
4)    Menyatakan sungguh-sungguh atau intensif;
5)    Menyatakan tingkat paling tinggi;
6)    Menyatakan agak;
7)    Menyatakan berulang-ulang;
8)    Menyatakan saling/berbalasan/resiprokal;
9)    Menyatakan perbuatan dilakukan dengan sama;
10) Menyatakan makna menyerupai;
11) Menyatakan tak bersyarat atau meskipun; dan
12) Menyatakan segala sesuatu berhubungan dengan pekerjaan yang disebut kata dasarnya.

5.    Ungkapan
Ungkapan atau idiom adalah gabungan kata memiliki makna khusus dan tidak dapat diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa dan situasi lain.
Contoh: kedatangan kami disambut dengan sambutan hangat.
Kata sambutan hangat merupakan ungkapan yang bermakna ‘meriah’.
6.    Peribahasa
Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat tetap susunannya, biasanya mengiaskan makna tertentu.
Contoh
Bagai telur di ujung tanduk, artinya situasi yang sangat genting.

N.   Menyunting
Dalam sebuah paragraf terdapat penggunaan kalimat, frase, kata penghubung atau istilah.
1.    Menyunting kalimat
2.    Menyunting frase
3.    Menyunting kata penghubung
4.    Menyunting istilah
Penggunaan istilah dalam kalimat harus sesuai dengan konteks atau makna kalimat. Oleh karena itu, pemilihan istilah harus tepat dengan pemakaian dalam kalimat.

O.   Menulis Surat Resmi
Surat resmi merupakan surat ditulis oleh suatu instansi, organisasi, atau perorangan dan ditujukan kepada instansi atau organisasi tertentu. Surat resmi mengungkapkan suatu maksud. Surat resmi ditulis dengan menggunakan bahasa baku dan resmi. Surat resmi disebut juga surat dinas. Surat resmi meliputi surat lamaran pekerjaan, surat dagang, surat kuasa, surat perjanjian, dan surat undangan dinas.
Kerangka surat resmi sebagai berikut.
1.    Kop surat merupakan identitas singkat perusahaan, kantor, atau instansi.
2.    Tanggal surat menunjukkan tanggal surat tersebut dibuat.
3.    Lampiran berarti sesuatu dilampirkan atau disertakan. Lampiran ini menjadi satu urutan dengan nomor surat dan hal surat.
4.    Alamat surat dimaksud pada bagian ini adlah alamat tujuan pengiriman surat.
5.    Pembuka
6.    Isi surat berisi pokok atau pesan yang ingin disampaikan.
7.    Penutup surat
8.    Pengirim surat berisi identitas pembuat surat
9.    Tembusan disebut juga tindasan atau carbon copy
Kerangka surat lamaran pekerjaan sebagai berikut.
1.    Tempat dan tanggal pembuat surat
2.    Alamat penerima surat
3.    Salam pembuka
4.    Kalimat pembuka
5.    Isi surat berisi maksud mengirim surat lamaran pekerjaan
6.    Kalimat penutup
7.    Salam penutup
8.    Pengirim/pembuat surat lamaran pekerjaan
9.    Tanda tangan
10. Lampiran
Kerangka surat undangan sebagai berikut.
1.    Kop surat
2.    Tempat dan tanggal pembuat surat
3.    Lampiran, nomor surat, hal surat
4.    Alamat surat
5.    Salam pembuka
6.    Kalimat pembuka
7.    Isi surat
8.    Kalimat penutup
9.    Salam penutup
10. Pengirim atau pembuat surat
11. Tanda tangan


P.   Menyunting Kalimat dalam Surat Resmi
Surat resmi merupakan surat yang ditulis oleh suatu instansi, organisasi, atau perorangan dan ditujukan kepada instansi atau organisasi tertentu. Surat resmi mengungkapkan sebuah maksud. Surat resmi ditulis menggunakan bahasa baku dan resmi. Jika ada kalimat kurang baku , kalimat tresebut harus dibuat baku.

Q.   Menulis Judul Sesuai EyD
Karya tulis memuat tema dan judul. Tema karya tulis merupakan pokok pikiran dipakai penulis sebagai dasar mengarang. Judul digunakan sebagai “kepala” karangan. Judul ditulis secara jelas dan tegas.
Judul karya ilmiah taua karya tulis ditulis dengan aturan sebagai berikut.
1.    Semua huruf dalam judul ditulis dengan huruf kapital atau huruf pertama setiap kata dalam judul ditulis dengan huruf kapital. Akan tetapi, huruf pertama kata depan atau kata penghubung ditulis dengan huruf kecil, seperti dan, ke, dari, pada, dalam, terhadap, dengan, sebagian, atau untuk.
2.    Judul berupa kata ulang utuh ditulis dengan diawali huruf kapital.
3.    Judul berupa kata ulang berimbuhan diawali dengan huruf kapital untuk kata pertama pada kata ulang. Kata kedua tidak diawali huruf kapital

R.   Menulis Karya Ilmiah (Latar Belakang Masalah dan Rumusan Masalah)
Karya ilmiah merupakan karangan bersifat ilmiah. Karya  ilmiah membahas suatu masalah atau topik tertentu. Sebelum membuat karya ilmiah, seseorang harus membuat penelitian atau pengamatan terhadap masalah atau topik yang akan dibahas dalam karya ilmiahnya. Ciri-ciri karya ilmiah antara lain objektif, logis, dan sistematis.
Karya ilmiah adalah karangan ilmiah wajib ditulis oleh siswa sebagai bagian dari persyaratan pendidikan. Karya ilmiah dapat ditulis berdasarkan hasil penelitian, hasil percobaan, hasil wawancara atau hasil studi pustaka. Karya ilmiah disajikan dalam suatu diskusi seperti seminar disebut makalah.
Sebelum membuat karya ilmiah atau makalah, tema harus ditentukan terlebih dahulu. Karya ilmiah lengkap biasanya terbagi menjadi tiga bagian, yakni bagian awal, bagian inti,  dan bagian akhir. Bagian awal meliputi kata pengantar, daftar isi, daftar table, daftar gambar, arti lambing dan singkatan, serta abstraksi. Bagian inti terdiri atas pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Pendahuluan terdiri atas latar belakang masalah, perumusan masalah, ruang lingkup masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Pembahasan berisi uraian, paparan, atau analisis masalah. Bagian penutup terdiri atas kesimpulan dan saran. Bagian akhir mrliputi daftar pustaka dan lampiran.
Sebuah karya ilmiah mengandung latar belakang masalah. Latar belakang masalah adalah paparan berfungsi untuk menarik perhatian pembaca dan member arahan terhadap masalah-masalah yang akan diuraikan. Masalah/isi dalam pembahasan adalah tubuh karangan mempunyai bagian sangat esensial. Simpulan dan saran merupakan inti dari uraian yang telah dijelaskan. Simpulan harus dirumuskan dengan jelas dan tegas.

S.   Melengkapi Larik Puisi Lama/Baru (dengan Kata Kias/Berlambang/Berima/ Bermajas)
Pantun dan puisi disusun dari berbagai larik. Larik-larik dalam puisi terkadang mangandung kata kias, berlambang, berima, dan majas digunakan untuk memperindah puisi.
Majas atau gaya bahasa adalah cara pengarang atau seseorang mempergunakan bahasa sebagai alat mengekspresikan perasaan dan buah pikiran terpendam di dalam jiwanya.
Pada dasarnya majas dibagi menjadi empat sebagai berikut.
1.    Majas perbandingan
a.    Personifikasi
Personifikasi adalah majas melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada benda-benda mati seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia atau benda hidup.
Contoh: Baru Lima kilometer berjalan, sepeda motornya sudah kehausan.
b.    Metafora
Metafora adalah majas perbandingan melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat atas dasar sifat sama atau hamper sama.
Contoh: Raja siang telah pergi ke peraduannya.
c.    Hiperbola
Hiperbola adalah majas untuk melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan kata-kata lebih hebat pengertiannya untuk menyangatkan arti.
Contoh : Ayah membanting tulang demi menghidupi keluarga.
2.    Majas pertentangan
a.    Ironi
Ironi adalah majas sindiran untuk melukiskan sesuatu yang menyatakan senaliknya dari apa yang sebenarnya dengan maksud menyindir orang.
Contoh: Pandai sekali kamu, nilai rapotmu merah semua.
b.    Sinisme
Sinisme adalah majas sindiran menggunakan kata-kata sebaliknya seperti ironi, tetapi kasar.
Contoh: Itukah yang dinamakan belajar?
c.    Sarkasme
Sarkasme adalah majas sindiran terkasar atau langsung menusuk perasaan.
Contoh: Hatimu memang terbuat dari batu.
d.    Paradoks
Paradoks adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan, padahal maksud sesuangguhnya bukan karena objeknya berlainan.
Contoh: Hatinya sunyi tinggal diperumahan ramai.
3.    Majas perulangan
a.    Pleonasme
Pleonasme adalah majas menggunakan sepatah kata sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata diterangkan.
Contoh: Salju putih sudah mulai turun ke bawah.
b.    Repetisi
Repetisi adalah majas penegasan melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali, biasanya digunakan dalam pidato.
Contoh: Kita sayangi mereka sebagai orang tua, kita sayangi mereka sebagai pelindung, kita sayangi mereka sebagai pahlawan kita.

4.    Majas pertautan
a.    Metonimia
Metonimia adalah majas menggunakan nama diri atau nama sesuatu yang ditautkan dengan orang, barang, atau sesuatu sebagai penggantinya.
Contoh: Ayah pergi ke Bandung naik kijang.
b.    Eufimisme
Eufimisme adalah majas berupa ungkapan lebih halus untuk mengganti ungkapan lebih kasar.
Contoh: Siswa kurang kemampuannya mendapatkan perhatian khusus.

T.   Melengkapi Dialog Drama
Drama merupakan karya sastra bebrbentuk dialog. Dialaog Drama terkadang disajikan tidak lengkap atau rumpang. Untuk melengkapi dialaog drama tersebut, kita harus mengerti isi drama. Kalimat sesuai untuk melengkapi isi drama adalaj kalimat yang sesuai dengan kalimat sebelum atau sesuadahnya.

U.   Menetukan Kalimat Resensi
Resensi adalah tulisan berisi ulasan, pertimbangan atau pembicaraan suatu karya (sastra, nonsastra. Film, drama, dan sebagainya) dengan tujuan untuk menyampaikan informasi kepada pembaca terhadap sebuah karya apakah patut mendapat sambutan atau tidak. Simpulan resensi buku biasanya berusaha meyakinkan pembaca agar membaca buku diulas.
Resensi buku berisi informasi-informasi berikut.
1.    Identitas buku (judul, pengarang, penerbit, taun terbit, dan tebal halaman).
2.    Sinopsis, unsur ekstrinsik, intrinsik  (untuk buku fiksi) dan gambaran isi  buku (untuk nonfiksi).
3.    Nilai buku (kelebihan dan kekurangan buku)
4.    Keterbacaan atau keccokan pembaanya.

V.   Menentukan Kalimat Kritik
Kritik sastra merupakan penilaian baik buruk terhadap karya sastra. Kritik sastra mirip resensi. Akan tetapi, kritik sastra lebih ilmiah daripada resensi. Kritik sastra dapat menilai isi, bentuk, atau peristiwa terdapat dalam sastra. Kririk sastra dapat mengkritik cerpen, novel, roman, drama atau puisi. Kritik sastra dibagi menjadi kritik sastra ilmiah dan nonilmiah.

W.  Menentukan Kalimat Esai
Dilihat dari bentuknya, esai mirip dengan opini. Esai membahas masalah sesuai dengan pendapat penulis. Jadi, satu masalah dapat ditulis menjadi esai berbeda. Perbedaan  ini sesuai dengan pendapat penulis. Esai berusaha meyakinkan pembaca. Esai membahas masalah apa saja mulai dari masalah penting sampai masalah biasa, misalnya novel baru terbit atau suara bayi baru lahir pun bias dijadikan esai.
Esai dapat ditulis dengan panjang berbeda-beda. Tidak ada yang menentukan anjang sebuah esai. Esai cenderung sederhana, padat, dan fokus pada masalah. Kalimat-kalimat digunakan untuk menulis esai sangat pribadi. Kalimat dalam esai bergantung pada kekhasan penuls bersangkutan. Setiap penulis memiliki cirri berbeda. Perbedaan tersebut terlihat pada gaya kalimat pada esai yang ditulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENILAIAN HARIAN TEKS ANEKDOT DAN HIKAYAT

PENILAIAN HARIAN MATERI TEKS ANEKDOT DAN HIKAYAT A. PILIHAN GANDA 1.       Amati teks berikut ini! Teks 1 Teks 2 ...