A.
Menemukan
Ide Pokok, Kalimat Utama, dan Kalimat Penjelas
Paragraf merupakan bagian dari suatu
karangan. Paragraf mengandung beberapa unsur. Unsur-unsur dalam paragraf berupa
masalah, ide pokok, kalimat utama, kalimat penjelas, fakta, ataupun pendapat. Masalah
merupakan sesuatu yang harus diselesaikan dan dicari jalan keluarnya.
Ide pokok merupakan gagasan yang
mendasari terbentuknya sebuah paragraf. Ide pokok disebut juga gagasan utama atau gagasan pokok. Ide
pokok terletak di awal, akhir, awal dan
akhir, atau di seluruh paragraf. Ide
pokok dalam suatu paragraf didukung oleh beberapa kalimat penjelas.
Paragraf memiliki ide pokok di awal
paragraf disebut paragraf deduktif. Paragraf memiliki ide pokok di akhir
paragraf disebut paragraf induktif. Paragraf memiliki ide pokok di awal dan di
akhir paragraf disebut paragraf campuran. Paragraf memiliki ide pokok di
seluruh paragraf disebut paragraf narasi.
Kalimat utama merupakan kalimat berisi
ide pokok. Kalimat utama dapat ditemukan di awal, akhir, awal dan akhir atau di
seluruh paragraf. Kalimat penjelas merupakan kalimat mendukung atau memperjelas
kalimat utama. Kalimat penjelas harus menjabarkan atau menjelaskan kalimat
utama.
Ide pokok dalam paragraf berfungsi
sebagai pengendali informasi. Pada umumnya, ide pokok disampaikan dalam kalimat
utama. Jadi, untuk menentukan ide pokok Anda harus menemukan kalimat utamanya
terlebih dahulu.
B.
Menemukan
Fakta, Opini, Pernyataan/Jawaban Pertanyaan Sesuai Isi, Tujuan Penulis, Arti
Kata/Istilah
Sebuah teks dapat
berbentuk paragraf atau bacaan. Sebuah paragraf atau bacaan mengungkapkan suatu
masalah. Masalah dalam paragraf atau bacaan dapat berupa fakta dan opini. Fakta
merupakan peristiwa atau kejadian benar-benar terjadi. Semua orang akan mengatakan
pernyataan sama terhadap sebuah fakta. Lawan dari fakta adalah pendapat
(opini). Pendapat (opini) merupakan gagasan, ide, atau pemikiran seseorang
terhadap suatu peristiwa, objek, atau masalah. Pendapat seseorang lain terhadap
suatu masalah atau peristiwa dapat berbeda dari pendapat orang lain.
Masalah dalam
paragraf merupakan pokok bahasan. Pokok bahasan dalam paragraf dapat dibuat
kalimat simpulan. Kalimat simpulan merupakan pernyataan dapat mewakili isi
paragraf. Kalimat simpulan berisi inti sari dari paragraf.
Masalah dalam teks
juga dapat dibuat sebuah pernyataan dengan jawabannya terdapat dalam teks.
Pertanyaan tentang isi teks atau bacaan menggunakan kata tanya sebagai berikut.
1.
Apa
untuk menanyakan masalah, peristiwa, atau kejadian dibahas dalam teks.
2.
Siapa
untuk menanyakan orang dibahas dalam teks.
3.
Di
mana
untuk menanyakan tempat peristiwa yang dibahas dalam teks.
4.
Kapan
untuk menanyakan waktu peristiwa dibahas dalam teks.
5.
Mengapa
untuk menanyakan sebab atau alasan, hal, masalah, peristiwa, atau kejadian
dalam teks.
6.
Bagaimana
untuk menanyakan proses, masalah, peristiwa, atau kejadian dalam teks.
Objek atau masalah
tersebut diungkapkan penulis dengan tujuan tertentu. Tujuan tersebut ditujukan
kepada pembaca.
Anda dapat
mengartikan istilah yang digunakan dalam paragraf dan bacaan. Arti istilah atau
kata penyusun paragraf atau bacaan dapat Anda temukan dalam kamus. Anda dapat
menyesuaikan arti dengan konteks kalimatnya.
C.
Menentukan
Isi Biografi
Biografi merupakan catatan riwayat hidup seseorang
ditulis oleh orang lain. Biografi berisi paparan kehidupan seorang tokoh sejak
kecil sampai tua; bahkan sampai meninggal dunia. Semua jasa, hasil karya, dan
segala yang dihasilkan atau dilakukan oleh seorang tokoh juga dijelaskan dalam
buku biografi.
D.
Menentukan
Opini Penulis dan Pihak Dituju dalam Tajuk Rencana
Tajuk rencana merupakan karangan berisi
opini atau taggapan penulis mengenai suatu masalah actual. Penulis tajuk
rencana biasanyaa kalangan redaktur media bersangkutan.. Tajuk rencana
ditujukan kepada pihak-pihak tertentu. Pihak-pihak tersebut tersirat dalam
tajuk rencana.
Dalam tajuk rencana terdapat opini.
Opini ataupendapat adalah gagasan, idea tau pemikiran seseorang, objek, atau
masalah. Sebaliknya, fakta adalah peristiwa atau kejadian benar-benar terjadi.
Jadi, opini dan fakta berkebalikan maksud.
Opini atau pendapat dalam tajuk rencana
merupakan pendapat penulis. Setiap penulis boleh mengemukakan pendapat sesuai
dengan pemikirannya atas suatu masalah. Sangat mungkin setiap orang memiliki
pendapat berbeda atas suatu masalah. Oleh karena itu, sebuah masalah akan
menimbulkan opini berbeda, tergantung persepsi atau cara penulis menanggapi
suatu masalah.
Sementara itu, fakta adalah peristiwa
atau kejadian bener-bener terjadi. Semua orang akan mengemukakan pernyataan
sama tentang suatu masalah atau peristiwa. Hanya saja, sangat mungkin cara
pengungkapan setiap orang akan berbeda.
Masalah dalam tajuk rencana dibahas dari
sudut pandang pribadi penulis tajuk rencana. Jadi, pendapat penulis satu dengan
penulis yang lain terhadap suatu masalah atau peristiwa dapat berbeda-beda.
Masalah merupakan peristiwa atau kejadian dibicarakan atau dibahas dalam tajuk
rencana.
E.
Menentukan
Isi dan Simpulan Grafik, Diagram, dan Tabel
Grafik merupakan gambaran pasang surut
suatu keadaan dengan garis atau gambar (tentag turun naiknya hasil, statistic
dan sebagainya). Isi grafik dapat diketahui dari judul grafik dan data grafik
yang dituliskan pada grafik.
Diagram merupakan gambaran untuk
memperlihatkan atau menerangkan sesuatu. Diagram dapat berbentuk lingkaran dan
batang. Objek yang digambarkan dalam diagram dapat dilihat dari judul dan data
dalam diagram.
Tabel merupakan kumpulan data atau
informasi yang disusun dengan klasifikasi menurut baris dan kolom. Isi tabel
dapat diketahui dari judul tabel dan data dalam tabel
Isi grafik, table, dan diagram dapat
diurai ke dalam beberapa kalimat. Dalam menguraikan isi grafik, tabel, dan
diagram, Anda harus teliti memperhatikan angka-angka di dalamnya. Dengan
demikian, uraian Anda tentang isi grafik, diagram, dan tabel akan tepat dan
akurat.
Membaca grafik, diagram, dan tabel dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Membaca
judul grafik, tabel atau diagram.
2. Membaca
informasi dalam baris dan kolom atas, bawah maupun samping.
3. Mengajukan
pertanyaan tentang isi tabel, grafik atau diagram.
4. Menjawab
pertanyaan tersebut sesuai isi.
Anda dapat mengetahui isi grafik,
diagram, dan tabel secara cepat dan tepat dengan membaca judul dan informasi
yang terdapat dalam grafik, tabel maupun diagram.
F.
Menentukan
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Sastra Melayu Klasik (Hikayat)
Hikayat merupakan karya sastra melayu
berbentuk prosa berisi cerita, undang-undang, dan silsilah. Cerita hikayat bersifat
rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat itu, dibaca untuk
pelipur lara dan pembangkit semangat juang atau sekadar untuk meramaikan pesta.
Hikayat mengandung unsur intrinsik dan
ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi tema, alur, tokoh, latar, gaya bahasa,
sudut pandang dan amanat. Amanat disebut juga pesan atau hikmah yang
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Amanat dalam hikayat
atau cerita dapat tersirat atau tersurat. Unsur ekstrinsik meliputi riwayat
pengarang, sosial, budaya, adat, ataupun nilai-nilai kehidupan masyarakat
(nilai moral, susila, budi pekerti agama).
G.
Menentukan
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel/Cerpen/Drama
Karya sastra terdiri atas prosa, drama
dan puisi.Karya sastra berbentuk prosa meliputi novel, cerpen, roman atau
novelet. Semua bentuk karya sastra dibangun oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik.
1.
Unsur
Intrinsik Novel dan Cerpen
Masalah dalam cerita memunculkan
konflik. Konflik merupakan pertemuan atau benturan antara dua kekuatan
berlawanan. Masalah dibedakan menjadi dua macam, yaitu masalah dari luar
(fisik) dan dari dalam (batin).
Masalah dari luar terjadi
antara tokok dengan sesuatu di luar dirinya. Masalah ini bias terjadi dengan
lingkungan ataupun manusia. Masalah dari luar dibagi menjadi dua.
a.
Masalah fisik merupakan masalah karena
benturan antara tokoh dengan lingkungan. Masalah fisik misalnya, konflik yang
dialami tokoh akibat bencana alam.
b.
Masalah sosial merupakan masalah yang muncul
karena hubungan anatarmanusia. Masalah sosial misalnya, masalah pertikaian,
perebutan, atau perceraian.
Masalah batin timbul dari
dalam diri tokoh. Masalah ini terjadi antara tokoh dengan dirinya sendiri.
Masalah merupakan salah satu unsur intrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur
yang membangun cerita dari dalam.
Unsur intrinsik novel/cerpen
sebagai berikut.
a. Tema
adalah pokok pikiran cerita
b. Amanat
adalah pesan yang ingin disampaikan penulis.
c. Alur
adalah rangkaian peristiwa membentuk cerita. Alur dibedaka menjadi beberapa
tahap penyituasian atau permulaan, pemunculan konflik, klimaks, dan peleraian
atau penyelesaian.
d. Perwatakan
adalah cara pengarag menggambarkan watak tokoh.
e. Latar
adalah merupakan keterangan tempat, waktu dan suasana terjadinya peristiwa
dalam cerita.
f. Gaya
bahasa adalah corak pemakaian bahasa
g. Sudut
pandang adalah cara pandang pengarang dalam menyikapi tokoh.
Novel
merupakan cerita mengisahkan konflik pelaku sehingga terjadi perubahan nasib
tokoh. Sementara itu, cerpen hanya mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh. Unsur
intrinsik dan ekstrinsik novel sama dengan unsur intrinsik cerpen. Perbedaannya
terletak pada alur. Alur dalam novel lebih kompleks daripada alur cerpen.
2.
Unsur
Intrinsik Drama
Drama merupakan jenis atau
genre karya sastra berbentuk percakapan. Drama mengandung konflik atau masalah.
Masalah atau konflik dalam drama tersebut terjadi karena benturan tokoh dengan
tokoh lain atau benturan tokoh dengan dirinya sendiri.
Selain mengandung masalah,
drama juga mengandung beberapa unsur. Unsur-unsur drama sebagai berikut.
a.
Tema adalah inti cerita
b.
Amanat adalah pesan yang ada dalam drama
c.
Alur adalah rangkaian peristiwa dalam drama
d.
Perwatakan adalah watak tiap-tiap tokoh.
e.
Konflik merupakan benturan dua masalah pokok
dalam drama.
f.
Percakapan adalah dialaog para pemain.
g.
Tata artistik adalah setting panggung.
h.
Casting adalah pemilihan tepat pemeran.
i.
Akting adalah perilaku para pemain di
panggung
3.
Unsur
Ekstrinsik Novel, Cerpen, dan Drama
Karya sastra seperti novel,
cerpen dan drama memiliki unsur ekstrinsik sebagai berikut.
a.
Nilai kehidupan Masyarakat
Nilai kehidupan masyarakat dalam karya sastra
sebagai berikut.
1) Nilai
moral adalah pesan moral dan perilaku tokoh.
2) Nilai
estetika adalah aspek keindahan yang melekat pada karya sastra, misalnya
pengkalimatan, diksi, penggunaan alur variatif.
3) Nilai
sosial budaya adalah mencerminkan aspek sosial budaya suatu daerah dalam suatu
karya sastra.
b.
Riwayat, sikap, dan pandangan pengarang
Karya
sastra dibuat berdasarkan ide, gagasan, dan kreativitas pengarang. Riwayat
pendidikan, riwayat keluarga, serta sikap dan pandangan pengarang akan
memengaruhi terbentuknya sebuah karya sastra.
c.
Latar belakang sosial budaya masyarakat
Sebuah
karya sastra mencerminkan aspek social budaya suatu daerah tertentu. Sebuah
novel atau cerpen dapat diibaratkan sebagai potret keadaan atau gambaran
aktivitas dari masyarakat di daerah tersebut.
H.
Menentukan
Unsur-Unsur Intrinsik Puisi
Puisi merupakan bentuk karya sastra
terikat oleh rima, ritme, ataupun jumlah baris dalam bait, serta ditandai oleh
bahasa padat. Puisi disusun oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur
intrinsik puisi meliputi unsur isi dan unsur bentuk.
Unsur isi puisi sebagai berikut.
1. Tema
adalah pokok pikiran
2. Amanat
adalah pesan yang ingin disampaikan penulis
3. Nada
adalah sikap penyair terhadap pembaca
4. Perasaan
adalah perasaan penyair dalam puisi
Unsur
bentuk puisi sebagai berikut.
1. Larik
adalah kalimat yang ada dalam puisi
2. Bait
adalah kumpula larik atau baris
3. Pertautan
antarbait adalah hubungan antarbait
4. Rima
adalah persamaan bunyi
5. Diksi
adalah pilihan kata
6. Pengimajinasian
adalah ungkapan perasaan berhubungan dengan pancaindra.
Seiring perkembangannya, terdapat puisi
kontemporer. Puisi kontemporer tidak mementingkan tipografi, seperti puisi lama
atau baru. Puisi kontemporer lebih mementingkan bentuk grafis atau fisik
(bunyi) untuk mengungkapkan perasaan penyair. Penyair merangkai kata-kata untuk
menimbulkan bunyi indah.
Adapun cirri-ciri puisi kontemporer
sebagai berikut.
1. Bentuk
fisik atau tipografi tidak beraturan.
2. Kata-kata
disusun secara acak sesuai dengan tipografi yang diinginkan penyair.
3. Penyair
lebih mengutamakan bentuk fisik puisi.
4. Walaupun
tidak mengutamakan makna, puisi kontemporer masih diikat tema.
5. Isi
puisi sulit dipahami.
Pelopor puisi komtemporer
yaitu Sutardji Calzoum Bachri. Dalam puisi yang ditulisnya, disajikan ulangan
kata, frasa, dan bunyi yang menjadi kekuatan puisinya. Sutardi melakukan banyak
penghapusan tanda baca secara sengaja untuk memberikan kegandaan tafsir.
I.
Menentukan
Isi Puisi Lama, Pantun, dan Gurindam
Puisi lama adalah puisi terikat oleh
aturan-aturan, seperti jumlah kata per baris, rima, banyak suku kata, dan
irama. Puisi lama misalnya, mantra, syair, pantun dan gurindam.
Mantra merupakan puisi tua. Pada awalnya
mantra bukan sebagai karya sastra, melainkan baerkaitan dengan adat dan
kepercayaan. Syair merupakan puisi lama berasal dari Arab. Ciri-ciri syair
sebagai berikut.
1. Setiap
bait terdiri atas empat baris.
2. Setiap
baris terdiri atas 8-12 suku kata.
3. Bersajak
aaaa
4. Semua
baris berupa isi, tidak ada sampiran.
Pantun merupakan salah satu jenis puisi
lama asli Indonesia. Pantun bersifat anonim. Maksudnya, penulis pantun tidak
diketahui. Pantun terdiri atas empat
larik berupa sampiran dan isi. Pantun memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Tiap
bait terdiri atas empat larik.
2. Tiap
larik terdiri atas 4-6 kata
3. Tiap
larik terdiri atas 8-12 suku kata.
4. Larik
ertama dan kedua merupakan sampiran.
5. Larik
ketiga dan keempat merupakan isi.
6. Rima
akhir larik bersajak abab
7. Larik
pertama dan ketiga mempunyai bunyi akhir sama. Sebaliknya, larik kedua dan
keempat memunyai bunyi akhir yang sama.
8. Isi
pantun mengungkapkan suatu perasaan.
Contoh pantun:
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Gurindam
merupakan salah satu jenis puisi lama Indonesia berasal dari Tamil (India).
Kata gurindam berasal dari bahasa Tamil “kirandam”. Gurindam umumnya berisi
nasihat, ajaran, atau semacam kata-kata mutiara. Gurindam terdiri atas dua
larik dan bersajak aa.Larik pertama gurindam berupa sebab atau perjanjian.
Sebaliknya, larik kedua berupa jawaban atau akibat dari perjanjian larik
pertama.
Contoh:
Jika ilmu tiada sempurna
Tiada berapa ia berguna
Berdasarkan
contoh gurindam tersebut, dapat disimpulkan ciri-ciri gurindam seperti berikut.
1. Tiap
bait trdiri atas dua larik.
2. Jumlah
suku kata tiap-tiap larik tetap. Pada umumnya terdiri atas 10-14 suku kata
3. Bersajak
aa
4. Larik
pertama dan kedua membentuk hubungan sebab akibat
5. Pada
umumnya berisi suatu kebenaran untuk member nasihat.
6. Isi
gurindam dapat dilihat pada larik kedua.
J. Menulis Paragraf Padu
Paragraf adalah unit terkecil sebuah
karangan terdiri atas kalimat pokok atau gagasan utama san kalimat penjelas
atau gagasan penjelas. Paragraf baik harus memenuhi kriteria berikut.
1. Memiliki
satu ide pokok atau satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas.
2. Antarkalimat
saling bertautan (berkoherensi) sehingga membentuk satu kesatuan.
Koherensi perlu penataan urutan
sistematis kalimat. Tanpa urutan baik, koherensi tidak akan kita peroleh.
Penanda koherensi antara lain pengulangan kata/frasa kunci, kata ganti,
konjungsi antarkalimat, dan situasi. Konjungsi antarparagraf pada dasarnya sama
dengan konjungsi antarkalimat.
K.
Menyusun
Paragraf Padu
Paragraf adalah rangkaian kalimat saling
berhubungan dan membentuk satu kesatuan pokok pembahasan. Paragraf merupakan
satuan bahasa lebih besar daripada kalimat. Selain itu, paragraph merupakan
bagian dari satuan bahasa lebih besar yang disebut wacana. Suatu wacana umumnya
dibentuk lebih dari satu paragraf.
Paragraf dibedakan berdasarkan
aspek-aspek berikut.
1. Letak
Gagasan Utamanya
a.
Paragraf Deduktif
Paragraf
deduktif adalah paragraf yang meletakkan gagasan utamanya di awal paragraf.
Gagasan utama atau pokok persoalan paragraf itu dinyatakan dalam kalimat utama.
b.
Paragraf Induktif
Paragraf
induktif adalah paragraf yang meletakkan gagasan utamanya di akhir paragraf.
Mula-mula dikemukakan fakta-fakta atau uraian-uraian. Kemudian, dari
uraian-uraian itu penulis menggeneralisasikannya ke dalam sebuah kalimat.
c.
Paragraf Campuran
Paragraf
campuran adalah paragraf dengan gaagsan utamanya terletak di kalimat pertama
dan kalimat terakhir dalam paragraf. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama. Kalimat
terakhir umumnya mengulang gagasan yang dinyatakan kalimat pertama dengan
sedikit penekanan dan variasi.
2. Menurut
Tujuannya
a.
Paragraf Narasi adalah paragraph dengan
bertujuan untuk menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga pembaca
seolah-olah mengalami sendiri kejadian itu. Dalam paragraf narasi akan
ditemukan tiga unsur utama sebagai bahannya. Pertama, adanya tokoh-tokoh.
Kedua, adanya kejadian. Ketiga, adanya latar baik tempat, waktu maupun suasana.
b.
Paragraf Deskripsi
Paragraf
deskripsi adalah paragraph untuk menggambarkan sebuah objek dengan tujuan agar
pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu. Paragraf
ini menggambarkan sesuatu dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Aspek
yang digambarkan bias tentang keindahan alam, keadaan jasmani, watak atau
perasaan seseorang.
c.
Paragraf Eksposisi
Paragraf
eksposisi adalah paragraf untuk memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi.
Tujuannya agar pembaca mendapatkan informasi dan pengetahuan dengan
sejelas-jelasnya.
d.
Paragraf Argumentasi adalah paragraf dengan
mengemukakan alasan, contoh, dan bukti-bukti kuat dan meyakinkan. Tujuannya
untuk meyakinkan pembaca sehingga mereka membenarkan pendapat, sikap, dan
keyakinan pembuat paragraf.
e.
Paragraf Persuasi
Paragraph
persuasi adalah paragraf bertujuan untuk memengaruhi, mengimbau, membujuk, atau
merayu pembaca sehingga mereka tergiur atau terpegaruh untuk mengikuti
keinginan penulis.
3. Menurut
Pola Pengembangannya
a.
Paragraf Analogi
Salah
satu pola pengembangan paragraf adalah paragraph analogi. Paragraf analogi
merupakan paragraf dikembangkan dengan membandingkan dua atau lebih benda
dianggap memiliki kesamaan. Jadi, paragraf tersebut berisi perbandingan antara
dua atau lebih benda. Simpulan paragraf analogi berisi perbandingan. Simpulan
tersebut dapat diletakan di awal atau di akhir.
b.
Paragraf Generalisasi
Pola
pengembangan generalisasi merupakan pola pengembangan paragraf yang
dikembangkan dengan pola hubungan umum khusus. Simpulan paragraf generalisasi
merupakan pernyataan bersufat umum.
c.
Paragraf Sebab Akibat
Pola
pengembangan sebab-akibat adalah pola pengembangan paragraf dikembangkan
berdasarkan hubungan sebab akibat. Simpulan paragraph sebab akibat dapat berupa
sebab atau akibat.
d.
Pola pengembangan Silogisme
Silogisme
merupakan cara berpikir atau cara penarikan simpulan terdiri atas premis umum,
premis khusus, dan simulan. Premis umum merupakan pernyataan bersifat umum.
Premis khusus merupakan pernyataan bersifat khusus. Sementara itu,
simpulan merupakan pernyataan yang
ditentukan berdasarkan premis umum dan khusus.
Paragraf
baik harus memenuhi kriteria berikut.
1. Memiliki
satu ide pokok atau satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas.
2. Antarkalimat
dalam paragraph saling bertautan (berkoherensi) sehingga membentuk satu
kesatuan.
Koherensi perlu penataan urutan
sistematis kalimat. Tanpa urutan baik, koherensi tidak akan kita peroleh.
Penanda koherensi antara lain pengulangan kata/frasa kunci, kata ganti,
konjungsi antarkalimat, dan situasi. Konjungsi antarparagraf pada dasarnya sama
dengan konjungsi antarkalimat.
Penarikan simpulan silogisme
Premis
umum (PU) : Semua A = B
Premis
khusus (PK) : C = A
Kesimpulan : C = B
Entimem adalah silogisme diperpendek.
Entimem tidak perlu menyebut premis umum, tetapi langsung mengetengahkan
simpulan dengan premis khusus penyebabnya.
Entimem
dari silogisme : C = B Karena C = A
L.
Melengkapi
Teks Pidato
Pidato merupakan salah satu bentuk komunikasi lisan di
hadpan massa dengan tujuan tertentu. Oleh karena itu, unsure pidato meliputi
intonasi, gerak-gerik, dan mimik.
Berdasarkan tujuannya, terdapat beberapa jenis pidato.
1. Pidato persuasif bertujuan memengaruhi emosi
pendengar untuk berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan pembicara.
2. Pidato
argumentatif bertujuan untuk meyakinkan pendengar tentang kebenaransuatu
pendapat.
3. Pidato
informatif bertujuan untuk member tahu atau member informasi baik berupa
pengarahan maupun penerangan.
4. Pidato
deskriptif bertujuan untuk melukiskan sesuatu keadaan.
Pada dasarnya pidato membahas masalah
tertentu. Masalah yang dibahas dalam pidato merupakan topik atau tema pidato.
Topik atau tema merupakan pokok pembicaraan dalam pidato.
Bagian teks pidato meliputi tiga aspek pokok berikut.
1. Pembuka
(misalnya: sapaan, salam, permintaan izin kepada hadirin, ucapan syukur, dan
ucapan terima kasih)
2. Isi
(misalnya: ungkapan rasa, ucapan selamat, dukungan moral, dan gagasan yang
hendak dikemukakan)
3. Penutup
(misalnya: simpulan, ajakan, harapan, permintaan maaf, dan salam penutup)
M.
Melengkapi
Paragraf
Paragraf rumpang dapat dilengkapi dengan kata baku, kata
serapan, kata berimbuhan, kata ulang, ungkapan, atau peribahasa.
1. Kata
baku
Kata baku merupakan kata
yang cara pengucapan atau penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar
dibakukan. Kaidah standar yang dimaksud sebagai berikut.
a. Ejaan
yang Disempurnakan (EyD)
b. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ke-3
c. Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Sementara itu, kata tidak
baku adalah kata yang cara pengucapan atau penulisannya tidak memnuhi
kaidah-kaidah standar tersebut.
2. Kata
serapan
Dalam perkembangannya,
bahasa Indonesia mengambil unsure atau kata dari bahasa lain, seperti bahasa
daerah taua bahasa asing. Sudah banyak kosakata bahasa asing dan daerah
digunakan dalam bahasa Indonesia. Terlebih dahulu kata-kata itu disesuaikan
dengan kaidah yang berlaku dalam bahas Indonesia, baik dalam aspek pengucapan
maupun penulisannya. Kata-kata seperti itulah yang dinamakan kata-kata serapan.
Kata-kata serapan masuk
dalam bahasa Indonesia ditempuh dengan berbagai cara sebagai berikut.
a.
Cara Adopsi, terjadi jika pemakai bahasa
mengambil bentuk dan makna kata asing itu secara keseluruhan. Kata supermarket, plaza, mal dan hotdog merupakan contoh kata hasil
penyerapan cara adopsi.
b.
Cara adaptasi, terjadi jika pemakai
bahasa hanya mengambil makna asing itu,
ejaan dan cara penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
Kata-kata reformasi, pluralisasi, dan
maksimal.
c.
Cara penerjemahan, terjadi jika pemakai
bahasa mengambil konsep terkandung dalam bahasa asing itu. Kesmudian kata
tersebut dicari padanannya dalam bahasa Indonesia. Kata tumpang-tindih,
percepatan, priyek rintisan dan uji coba merupakan kata-kata yang lahir karena
proses penerjemahan dari bahasa Inggris overlap,
acceleration, pilot project, dan try
out.
d.
Cara kreasi, terjadi jika pemakai bahasa
hanya mengambil konsep dasar pada sumbernya. Kemudian, ia mencari padanan dalam
bahasa Indonesia. Meskipun sekilah mirip penerjemahan, cara terakhir ini
memiliki perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik mirip seperti
penerjemahan. Kata dalam bahasa asli dapat terdiri atas satu kata, sedangkan
dalam bahasa Indonesia menjadi dua kata atau lebih. Contohnya, effective menjadi berhasil guna, shuttle
menjadi ulang alik, dan spare part menjadi suku cadang.
3. Kata
berimbuhan
Kata berimbuhan merupakan kata dibentuk
dengan melekatkan imbuhan. Imbuhan dibedakan menjadi empat jenis, yaitu awalan,
akhiran, awalan dan akhiran, serta sisipan.
a.
Awalan
b.
Akhiran disebut juga sufiks. Ada beberapa
jenis akhiran, yaitu –kan, -I, dan –an.
1) Akhiran
–kan memiliki makna ‘melakukan perbuatan untuk orang lain’, ‘membuat jadi’,
‘menganggap’, dan ‘membawa atau memasukkan’.
2) Akhiran
–I memiliki makna ‘perbuatan berulang-ulang’, ‘memberi seperti pada bentuk
dasarnya’, ‘tempat’ dan ‘menyebabkan jadi’.
3) Akhiran
–an memiliki makna ‘sesuatu berhubungan dengan bentuk dasarnya’, ‘tiap-tiap’,
‘satuan’, ‘beberapa’, dan ‘sekitar’.
c.
Gabungan awalan dan akhiran disebut konfiks.
Konfiks dibedakan menjadi ke-an, peN-an, per-an, ber-an, dan se-nya.
1) Konfiks
ke-an memiliki makna ‘hal’, ‘berhungan dengan bentuk dasarnya’, dikenai
perbuatan pada bentuk dasarnya’,dalam keadaan’, dan ‘tempat atau daerah’.
2) Konfiks
peN-an memiliki makna ‘hal atau perbuatan’, ‘hasil perbuatan’, ‘alat yang
digunakan untuk melakukan perbuatan’, dan ‘tempat untuk melakukan perbuatan’.
3) Konfiks
per-an memiliki makna ‘hal’, ‘hasil’, ‘tempat’, ‘daerah’, dan ‘macam-macam’.
4) Konfiks
ber-an memiliki makna ‘perbuatan yang disebut kata dasarnya’, ‘perbuatan
diulang-ulang’, dan ‘saling’.
5) Konfiks
se-nya memiliki makna ‘sampai’.
d.
Sisipan/ infiks. Sisipan dapat dibedakan
menjadi –in-, -el-, -em-, -er- dan –ah-. Sisipan –in- digunakan dalam kata kinerja,
sinambung dan tinambah. Sisipan -el- digunakan dalam kata gelembung, geletar
dan leluhur. Sisipan -em- digunakan dalam kata gemerlap, gemetar, dan gemilang.
Sisipan -er- digunakan dalam kata gerigi, serabut, dan seruling. Sementara itu,
sisipan -ah- digunakan dalam kata dahulu dan sahaja.
4. Kata
ulang
Kata ulang merupakan kata
yang dihasilkan dari proses reduplikasi atau pengulangan. Proses pengulangan
merupakan proses pembentukan kata dengan mengulang kata dasarnya, baik secara
utuh maupun sebagian, dengan variasi fonem ataupun tidak. Bentuk dasar tersebut
dapat berupa kata dasar, kata berimbuhan, atau kata majemuk. Proses pembentukan
kata melalui reduplikasi pada dasarnya tidak mengubah jenis kata.
Dalam bahasa Indonesia
terdapat empat macam pengulangan. Macam-macam pengulangan sebagai berikut.
a.
Pengulangan utuh (seluruhnya)
Pengulangan
utuh merupakan proses pengulangan seluruh bentuk dasar. Pengulangan utuh
disebut juga dwilingga, contohnya kursi-kursi.
b.
Pengulangan sebagian
Pengulangan
sebagian merupakan proses mengulang sebagian bentuk dasar, baik di depan atau
di belakang. Pengulangan sebagian dibagi menjadi dua, yaitu dwipurwa dan
dwiwasana.
Dwipurwa
adalah proses pengulangan bentuk dasar dengan
mengulang suku kata pertama bentuk dasarnya saja, contohnya pepohonan
dan tetangga.
Dwiwasana
adalah proses pengulangan bentuk dasar dengan mengulang bagian belakang leksem,
contohnya pertama-tama dan sekali-kali.
c.
Pengulangan berimbuhan
Pengulangan
berimbuhan merupakan proses pengulangan menambah imbuhan. Contoh kata ualng
berimbuhan adalah bermain-main dan tarik-menarik.
d.
Pengulangan berubah bunyi
Pengulangan
berubah bunyi adalah proses mengulang seluruh bentuk dasar disertai dengan
perubahan bunyi atau fonem. Perubahan bunyi tersebut dapat berupa perubahan
bunyi vocal ataupun konsonan. Proses pengulangan dengan mengubah bunyi disebut
pula dwilingga salin suara, contohnya gerak-gerik dan kelap-kelip.
Selain keempat jenis
pengulangan tersebut, bahasa Indonesia mengenal pengulangan semu. Hasil pengulangan
semu disebut kata ulang semu. Dilihat dari bentuknya, kata ulang semu termasuk
kata ulang. Namun, kata ulang semu bukan termasuk kata ulang karena tidak ada
unsure diulang. Kata tersebut merupakan kata dasar. Contoh kata ulang semu
adalah kupu-kupu dan paru-paru.
Dalam proses pembentukan
kata, kata ulang memiliki beberapa makna. Makna kata ulang antar lain:
1)
Menyatakan banyak;
2)
Menyatakan banyak tak tentu;
3)
Menyatakan intensitas, menyangatkan, atau
mengeraskan arti;
4)
Menyatakan sungguh-sungguh atau intensif;
5)
Menyatakan tingkat paling tinggi;
6)
Menyatakan agak;
7)
Menyatakan berulang-ulang;
8)
Menyatakan saling/berbalasan/resiprokal;
9)
Menyatakan perbuatan dilakukan dengan sama;
10) Menyatakan
makna menyerupai;
11) Menyatakan
tak bersyarat atau meskipun; dan
12) Menyatakan
segala sesuatu berhubungan dengan pekerjaan yang disebut kata dasarnya.
5. Ungkapan
Ungkapan
atau idiom adalah gabungan kata memiliki makna khusus dan tidak dapat
diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa dan situasi lain.
Contoh:
kedatangan kami disambut dengan sambutan hangat.
Kata
sambutan hangat merupakan ungkapan yang bermakna ‘meriah’.
6. Peribahasa
Peribahasa
adalah kelompok kata atau kalimat tetap susunannya, biasanya mengiaskan makna
tertentu.
Contoh
Bagai
telur di ujung tanduk, artinya situasi yang sangat genting.
N.
Menyunting
Dalam sebuah paragraf terdapat
penggunaan kalimat, frase, kata penghubung atau istilah.
1. Menyunting
kalimat
2. Menyunting
frase
3. Menyunting
kata penghubung
4.
Menyunting istilah
Penggunaan istilah dalam
kalimat harus sesuai dengan konteks atau makna kalimat. Oleh karena itu,
pemilihan istilah harus tepat dengan pemakaian dalam kalimat.
O.
Menulis
Surat Resmi
Surat resmi merupakan surat ditulis oleh
suatu instansi, organisasi, atau perorangan dan ditujukan kepada instansi atau
organisasi tertentu. Surat resmi mengungkapkan suatu maksud. Surat resmi
ditulis dengan menggunakan bahasa baku dan resmi. Surat resmi disebut juga
surat dinas. Surat resmi meliputi surat lamaran pekerjaan, surat dagang, surat
kuasa, surat perjanjian, dan surat undangan dinas.
Kerangka surat resmi sebagai berikut.
1. Kop
surat merupakan identitas singkat perusahaan, kantor, atau instansi.
2. Tanggal
surat menunjukkan tanggal surat tersebut dibuat.
3. Lampiran
berarti sesuatu dilampirkan atau disertakan. Lampiran ini menjadi satu urutan
dengan nomor surat dan hal surat.
4. Alamat
surat dimaksud pada bagian ini adlah alamat tujuan pengiriman surat.
5. Pembuka
6. Isi
surat berisi pokok atau pesan yang ingin disampaikan.
7. Penutup
surat
8. Pengirim
surat berisi identitas pembuat surat
9. Tembusan
disebut juga tindasan atau carbon copy
Kerangka surat lamaran pekerjaan sebagai berikut.
1. Tempat
dan tanggal pembuat surat
2. Alamat
penerima surat
3. Salam
pembuka
4. Kalimat
pembuka
5. Isi
surat berisi maksud mengirim surat lamaran pekerjaan
6. Kalimat
penutup
7. Salam
penutup
8. Pengirim/pembuat
surat lamaran pekerjaan
9. Tanda
tangan
10. Lampiran
Kerangka surat undangan sebagai berikut.
1. Kop
surat
2. Tempat
dan tanggal pembuat surat
3. Lampiran,
nomor surat, hal surat
4. Alamat
surat
5. Salam
pembuka
6. Kalimat
pembuka
7. Isi
surat
8. Kalimat
penutup
9. Salam
penutup
10. Pengirim
atau pembuat surat
11. Tanda
tangan
P.
Menyunting
Kalimat dalam Surat Resmi
Surat resmi merupakan surat yang ditulis
oleh suatu instansi, organisasi, atau perorangan dan ditujukan kepada instansi
atau organisasi tertentu. Surat resmi mengungkapkan sebuah maksud. Surat resmi
ditulis menggunakan bahasa baku dan resmi. Jika ada kalimat kurang baku ,
kalimat tresebut harus dibuat baku.
Q.
Menulis
Judul Sesuai EyD
Karya tulis memuat tema dan judul. Tema
karya tulis merupakan pokok pikiran dipakai penulis sebagai dasar mengarang.
Judul digunakan sebagai “kepala” karangan. Judul ditulis secara jelas dan
tegas.
Judul karya ilmiah taua karya tulis
ditulis dengan aturan sebagai berikut.
1. Semua
huruf dalam judul ditulis dengan huruf kapital atau huruf pertama setiap kata
dalam judul ditulis dengan huruf kapital. Akan tetapi, huruf pertama kata depan
atau kata penghubung ditulis dengan huruf kecil, seperti dan, ke, dari, pada,
dalam, terhadap, dengan, sebagian, atau untuk.
2. Judul
berupa kata ulang utuh ditulis dengan diawali huruf kapital.
3. Judul
berupa kata ulang berimbuhan diawali dengan huruf kapital untuk kata pertama
pada kata ulang. Kata kedua tidak diawali huruf kapital
R.
Menulis
Karya Ilmiah (Latar Belakang Masalah dan Rumusan Masalah)
Karya ilmiah merupakan karangan bersifat
ilmiah. Karya ilmiah membahas suatu
masalah atau topik tertentu. Sebelum membuat karya ilmiah, seseorang harus
membuat penelitian atau pengamatan terhadap masalah atau topik yang akan
dibahas dalam karya ilmiahnya. Ciri-ciri karya ilmiah antara lain objektif,
logis, dan sistematis.
Karya ilmiah adalah karangan ilmiah
wajib ditulis oleh siswa sebagai bagian dari persyaratan pendidikan. Karya
ilmiah dapat ditulis berdasarkan hasil penelitian, hasil percobaan, hasil
wawancara atau hasil studi pustaka. Karya ilmiah disajikan dalam suatu diskusi
seperti seminar disebut makalah.
Sebelum membuat karya ilmiah atau
makalah, tema harus ditentukan terlebih dahulu. Karya ilmiah lengkap biasanya
terbagi menjadi tiga bagian, yakni bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Bagian awal meliputi kata
pengantar, daftar isi, daftar table, daftar gambar, arti lambing dan singkatan,
serta abstraksi. Bagian inti terdiri atas pendahuluan, pembahasan, dan penutup.
Pendahuluan terdiri atas latar belakang masalah, perumusan masalah, ruang
lingkup masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, dan sistematika
penulisan. Pembahasan berisi uraian, paparan, atau analisis masalah. Bagian
penutup terdiri atas kesimpulan dan saran. Bagian akhir mrliputi daftar pustaka
dan lampiran.
Sebuah karya ilmiah mengandung latar
belakang masalah. Latar belakang masalah adalah paparan berfungsi untuk menarik
perhatian pembaca dan member arahan terhadap masalah-masalah yang akan
diuraikan. Masalah/isi dalam pembahasan adalah tubuh karangan mempunyai bagian
sangat esensial. Simpulan dan saran merupakan inti dari uraian yang telah
dijelaskan. Simpulan harus dirumuskan dengan jelas dan tegas.
S.
Melengkapi
Larik Puisi Lama/Baru (dengan Kata Kias/Berlambang/Berima/ Bermajas)
Pantun dan puisi disusun dari berbagai
larik. Larik-larik dalam puisi terkadang mangandung kata kias, berlambang,
berima, dan majas digunakan untuk memperindah puisi.
Majas atau gaya bahasa adalah cara
pengarang atau seseorang mempergunakan bahasa sebagai alat mengekspresikan
perasaan dan buah pikiran terpendam di dalam jiwanya.
Pada dasarnya majas dibagi menjadi empat
sebagai berikut.
1. Majas
perbandingan
a.
Personifikasi
Personifikasi
adalah majas melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia
kepada benda-benda mati seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia atau benda
hidup.
Contoh:
Baru Lima kilometer berjalan, sepeda motornya sudah kehausan.
b.
Metafora
Metafora
adalah majas perbandingan melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan
tepat atas dasar sifat sama atau hamper sama.
Contoh:
Raja siang telah pergi ke peraduannya.
c.
Hiperbola
Hiperbola
adalah majas untuk melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan
sesungguhnya dengan kata-kata lebih hebat pengertiannya untuk menyangatkan
arti.
Contoh
: Ayah membanting tulang demi menghidupi keluarga.
2. Majas
pertentangan
a.
Ironi
Ironi
adalah majas sindiran untuk melukiskan sesuatu yang menyatakan senaliknya dari
apa yang sebenarnya dengan maksud menyindir orang.
Contoh:
Pandai sekali kamu, nilai rapotmu merah semua.
b.
Sinisme
Sinisme
adalah majas sindiran menggunakan kata-kata sebaliknya seperti ironi, tetapi
kasar.
Contoh:
Itukah yang dinamakan belajar?
c.
Sarkasme
Sarkasme
adalah majas sindiran terkasar atau langsung menusuk perasaan.
Contoh:
Hatimu memang terbuat dari batu.
d.
Paradoks
Paradoks
adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan,
padahal maksud sesuangguhnya bukan karena objeknya berlainan.
Contoh:
Hatinya sunyi tinggal diperumahan ramai.
3. Majas
perulangan
a.
Pleonasme
Pleonasme
adalah majas menggunakan sepatah kata sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi
karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata diterangkan.
Contoh:
Salju putih sudah mulai turun ke bawah.
b.
Repetisi
Repetisi
adalah majas penegasan melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa
kata berkali-kali, biasanya digunakan dalam pidato.
Contoh:
Kita sayangi mereka sebagai orang tua, kita sayangi mereka sebagai pelindung,
kita sayangi mereka sebagai pahlawan kita.
4. Majas
pertautan
a.
Metonimia
Metonimia
adalah majas menggunakan nama diri atau nama sesuatu yang ditautkan dengan orang,
barang, atau sesuatu sebagai penggantinya.
Contoh:
Ayah pergi ke Bandung naik kijang.
b.
Eufimisme
Eufimisme
adalah majas berupa ungkapan lebih halus untuk mengganti ungkapan lebih kasar.
Contoh:
Siswa kurang kemampuannya mendapatkan perhatian khusus.
T.
Melengkapi
Dialog Drama
Drama merupakan karya sastra
bebrbentuk dialog. Dialaog Drama terkadang disajikan tidak lengkap atau
rumpang. Untuk melengkapi dialaog drama tersebut, kita harus mengerti isi
drama. Kalimat sesuai untuk melengkapi isi drama adalaj kalimat yang sesuai
dengan kalimat sebelum atau sesuadahnya.
U.
Menetukan
Kalimat Resensi
Resensi adalah tulisan berisi ulasan,
pertimbangan atau pembicaraan suatu karya (sastra, nonsastra. Film, drama, dan
sebagainya) dengan tujuan untuk menyampaikan informasi kepada pembaca terhadap
sebuah karya apakah patut mendapat sambutan atau tidak. Simpulan resensi buku
biasanya berusaha meyakinkan pembaca agar membaca buku diulas.
Resensi buku berisi informasi-informasi
berikut.
1.
Identitas buku (judul, pengarang, penerbit,
taun terbit, dan tebal halaman).
2.
Sinopsis, unsur ekstrinsik, intrinsik (untuk buku fiksi) dan gambaran isi buku (untuk nonfiksi).
3.
Nilai buku (kelebihan dan kekurangan buku)
4.
Keterbacaan atau keccokan pembaanya.
V.
Menentukan
Kalimat Kritik
Kritik sastra merupakan penilaian baik
buruk terhadap karya sastra. Kritik sastra mirip resensi. Akan tetapi, kritik
sastra lebih ilmiah daripada resensi. Kritik sastra dapat menilai isi, bentuk,
atau peristiwa terdapat dalam sastra. Kririk sastra dapat mengkritik cerpen,
novel, roman, drama atau puisi. Kritik sastra dibagi menjadi kritik sastra
ilmiah dan nonilmiah.
W. Menentukan Kalimat Esai
Dilihat dari bentuknya, esai
mirip dengan opini. Esai membahas masalah sesuai dengan pendapat penulis. Jadi,
satu masalah dapat ditulis menjadi esai berbeda. Perbedaan ini sesuai dengan pendapat penulis. Esai
berusaha meyakinkan pembaca. Esai membahas masalah apa saja mulai dari masalah
penting sampai masalah biasa, misalnya novel baru terbit atau suara bayi baru
lahir pun bias dijadikan esai.
Esai dapat ditulis dengan
panjang berbeda-beda. Tidak ada yang menentukan anjang sebuah esai. Esai
cenderung sederhana, padat, dan fokus pada masalah. Kalimat-kalimat digunakan
untuk menulis esai sangat pribadi. Kalimat dalam esai bergantung pada kekhasan
penuls bersangkutan. Setiap penulis memiliki cirri berbeda. Perbedaan tersebut
terlihat pada gaya kalimat pada esai yang ditulis.